Tuesday, August 25, 2015

Kisah mengharukan tetang Fhisa

Sediakan tisu sebelum membaca.!
Cerita ini adalah kisah nyata…dimana
perjalanan hidup ini ditulis oleh
seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Bacalah semoga kisah nyata ini
menjadi pelajaran bagi kita semua
Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar
menanti cinta kita ???
************************************************************************************
Hari itu,,,aku dengan nya
berkomitmen untuk menjaga cintakita.
Aku menjadi perempuan yg paling
bahagia. Pernikahan kami sederhana
tapi sangat meriah. Ia menjadi pria
yang sangat romantisan pada waktu
itu. Menikah dengan seorang pria
yang shaleh, pintar, tampan & mapan
pula. Ketika kami pacaran dia sudah
sukses dalam karir nya. Kami
berbulan madu di tanah suci, itu
janjinya ketika kami berpacaran
Setelah menikah aku mengajaknya
untuk umroh ke tanah suci. Aku
sangat bahagia dengan nya, dia
sangat memanjakan aku, Sangat
terlihat rasa cinta dan sayangnya
pada ku. Banyak orang yang
bilang,kami pasangan yang serasi.
Sangat terlihat sekali bagaimana
suamiku memanjakanku. Aku bahagia
menikah dengannya.
*************************************************************************************
5 Tahun sudah kami menikah, sangat
tak terasa waktu berjalan, walaupun
kami hanya berdua saja.
Karena sampai saat ini aku belum bisa
memberikannya seorang malaikat kecil
di tengah keharmonisan rumah tangga
kami.
Karena dia anak lelaki satu – satunya
dalam keluarganya, jadi aku
harusberusaha untuk dapat
meneruskan generasi nya.
Alhamdulillah suamiku mendukung ku.
Ia mengaggap Allah belum
mempercayai kami untuk menjaga
titipan NYA. Tapi keluarga nya mulai
resah, Dari awal kami menikah ibu &
adiknya tidak menyukaiku, aku sering
mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan dari mereka, tapi aku
menutupi dari suami ku. Didepan
suami ku, mereka sangat baik pada
ku, tapi dibelakang suami ku, aku
dihina – hina oleh mereka.
Pernah suatu ketika, 1 tahun usia
pernikahan kami, suamiku mengalami
kecelakaan, mobilnya hancur tp
alhamdulillah suami ku selamat dari
maut yang hamper membuat ku
menjadi seorang janda. Ia dirawat
dirumah sakit, pada saat dia belum
sadarkan diri, aku selalu menemaninya
siang & malam, kubacakan ayat – ayat
suci Al – Qur’an, aku sibuk bolak –
balik rumah sakit dan tempat aku
melakukan aktivitas sosialku, aku
sibuk mengurus suamiku yang sakit
karena kecelakaan. Ketika aku kembali
ke rumah sakit setelah dari rumah
kami, aku melihat didalam kamarnya
ada ibu, adik – adiknya dan teman –
teman suamiku, dan satu lagi aku
melilhat seorang wanita yg sangat
akrab dengan ibunya. Mereka tertawa
menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyata sudah
sadar, aku menangis ketika melihat
suami ku sudah sadar, tapi aku tak
boleh sedih di depannya. Kubuka
pintu yg tertutup rapat itu, sambil
mengatakan “Assalammu’alaikum”
mereka menjawab salam ku. Aku
berdiam sejenak di depan pintu dan
mereka
semua melihatku, suamiku menatapku
penuh manja, mungkin ia kangen
padaku karena sudah 5 hari mata nya
selalu tertutup. Tangannya melambai,
mengisyaratkan aku untuk memegang
tangannya yg erat. Setelah aku
menghampirinya, kucium tangannya
sambil berkata “Assalammu’alaikum” ,
ia pun
menjawab salam ku dengan suaranya
yg lirih tapi penuh dengan cinta. Aku
pun senyum melihat
wajahnya.Ibu nya lalu berbicara sama
aku .
“Fis, kenalakan ini Desi teman Fikri”
Aku teringat cerita dari suamiku
bahwa teman baiknya pernah
mencintainya, perempuan itu bernama
Desi, dan dia sangat akrab dengan
keluarga suamiku. Dan akhirnya aku
bertemu dengan orangnya juga.
Aku pun langsung berjabat tangan
dengannya, tak banyak aku biacara di
dalam ruangan, karena aku tak
mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku sibuk membersihkan & mengobati
luka – luka di kepala suamiku, baru
sebentar aku membersihkan mukanya,
tiba – tiba adik ipar ku yg bernama
Dian mengajakku keluar, ia minta
ditemani ke kantin. Dan suamiku pun
mengijinkannya. Aku pun
menemaninya. Tapi ketika di luar adik
ipar ku berkata ” lebih baik kau
pulang saja ” Ada kami yg menjaga
abang disini. “Kau istirahat saja”. Aku
pun tak diperbolehkan berpamitan
dengan suamiku dengan alasan abang
harus banyak beristirahat, karena
keadaannnya masih labil. Aku
berdebat dengannya mengapa aku
tidak boleh pamitan pada suamiku,
tapi tiba – tiba ibu mertuaku datang
menghampiriku dan ia mengatakan hal
yg sama, ia akan member i alasan
pada suamiku mengapa aku pulang
tak pamitan pada nya, toh suamiku
selalu menurut apa kata ibunya, baik
ibunya salah suamiku tetap saja
membenarkannya, akhirnya aku pun
pergi meninggalkan rumah sakit itu
dengan linangan air mata. Sejak saat
itu aku tidak pernah diijinkan
menjenguk suamiku sampai ia kembali
dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa
menangis dalam kesendirianku.
Menangis mengapa mereka sangat
membenciku.
************ ********* ********* *********
********************************************
Hari itu, aku menangis tanpa sebab,
yang ada di benakku aku takut
kehilangannya, aku takut cintanya
dibagi dengan yang lain. Pagi itu,
pada saat aku membersihakn
pekarang rumah kami, suamiku
memanggil ku ke taman belakang, ia
baru aja selesai sarapan, ia
mengajakku duduk di ayunan favorit
kami, sambil melihat ikan – ikan yang
bertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya ” Ada apa kamu
memanggil ku ?”
Ia berkata ” Besok aku akan
menjenguk keluargaku di Sabang ”
Aku menjawab ”Ia sayang aku tahu,
aku sudah mengemasi barang –
barang kamu di travel bag dan kamu
sudah pegang tiket bukan ?”
“Ya tapi aku tak akan lama disana,
cuma 3 minggu aku disana, aku juga
sudah lama tidak bertemu dengan
keluarga besarku sejak kita menikah
dan aku kan pulang dengan mama
ku”. Jawab nya tegas
“Mengapa baru bicara, aku pikir
hanya seminggu saja kamu disana ?”
tanya ku balik kepada nya penuh
dengan rasa penasaran dan sedikit
rasa kecewa karena ia baru
memberitahu rencana kepulanggannya
itu, padahal aku bersusah payah
mencarikan tiket pesawat untuknya.
” Mama minta aku yang menemani
nya saat pulang nanti ” jawab nya
tegas.
” Sekarang aku ingin seharian dengan
kamu, karena nanti kita 3 minggu
tidak bertemu, ya kan ?” lanjut nya
lagi sambil memeluk ku dan mencium
keningku. Hatiku sedih, dengan
keputusannya, tapi tak boleh aku
tunjukkan pada nya. Bahagianya aku,
dimanja dengan suami yang penuh
dengan rasa sayang & cintanya.
Walau terkadang ia bersikap kurang
adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja,
padahal aku ingin bersama suamiku,
tapi karena keluarga nya tidak
menyukaiku hanya karena mereka
cemburu pada ku karena suamiku
sangat sayang pada ku, aku
memutuskan agar ia saja yg pergi, dan
kami juga harus berhemat dalam
pengeluaran anggaran rumah tangga
kami. Karena ini acara sakral bagi
keluarganya. Jadi seluruh keluarga
nya harus komplit, aku pun tak
diperdulikan oleh keluarganya harus
datang atau tidak, tidak hadir justru
membuat mereka sangat senang, aku
pun tak mau membuat riuh keluarga
ini.
Malam sebelum kepergiannya, aku
menangis sambil membereskan
keperluannya yang akan dibawa ke
Sabang, ia menatapku dan
menghapus airmata yang jatuh
dipipiku lalu aku peluk erat dirinya,
hati ini bergumam seakan terjadi
sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang
akan terjadi. Aku hanya bisa menangis
karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah di tinggal pergi
selama ini, karena kami selalu bersama
-sama kemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku
sendirian tidak punya teman, hanya
pembantu saja teman ngobrolku. Hati
ini sedih akan di tinggal pergi oleh
nya. Sampai keesokan hari nya, aku
menangis, menangisi kepergiannya.
Aku tak tahu mengapa sesedih ini,
perasaanku tak enak, tapi aku tak
boleh berburuk sangka. Aku harus
percaya apada suamiku. Dia pasti
akan selalu menelpon ku.
*************************************************************************************
Berjauhan dengan suamiku, sangat
tidak nyaman, aku merasa sendiri.
Untunglah aku mempunyai kesibukan
sebagai seorang aktivis, jadi aku tak
terlalu kesepian di tinggal pergi ke
Sabang. Saat kami berhubungan jarak
jauh, komunikasi kami buruk,saat ia di
sana aku pun jatuh sakit. Rahimku
sakit sekali seperti dililit oleh tali, tak
tahan aku menahan rasa sakit
dirahimku ini, sampai – sampai aku
mengalami pendarahan, aku dilarikan
ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku
yang kebetulan menemaniku disana.
Dokter memvonis aku terkena kanker
mulut rahim stadium 3. Aku menangis,
apa yang bisa aku banggakan lagi,
mertuaku akan semakin menghinaku,
suami ku yang malang, yang berharap
akan punya keturunan dari rahimku.
Aku tak bisa memberikannya
keturunan. Dan aku hanya memeluk
adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku
menunggu ia pulang, kapan ia pulang,
aku tak tahu.
Sementara suamiku disana,,aku tidak
tahu mengapa ia selalu marah – marah
jika menelponku, bagaimana aku akan
cerita kondisiku jika ia selalu marah-
marah terhadapku. Lebih baik aku
tutupi dulu,dan aku juga tak mau
membuatnya khawatir selama ia
berada di Sabang. Lebih baik nanti
saja ketika ia sudah pulang dari
Sabang, aku akan cerita pada nya.
Setiap hari aku menanti suami ku
pulang, hari demi hari aku hitung.
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang,
malam itu ketika aku sedang melihat
foto – f oto kami, ponselku berbunyi,
menandakan ada sms yang masuk.
Ku buka di inbox ponselku, ternayta
dari suamiku yang sms, ia menulis
“aku sudah beli tiket untuk pulang,
aku pulang nya satu hari lagi, aku aku
kabarin lagi”. Hanya itu saja yang
diinfokannya, aku ingin marah, tapi
aku pendam saja ego yang tidak baik
ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku
menantinya di rumah. Sebagai
seorang istri, aku pun berdandan
yang cantik dan memakai parfum
kesukaannya untuk menyambut
suamiku pulang, dan aku akan
menyelesaikan
masalah komunikasi kami yg buruk
akhir – akhir ini. Bel pun berbunyi,
kubuka kan pintu untuknya ia pun
mengucap salam, sebelum masuk aku
pegang tangannya ke depan teras, ia
tetap berdiri, aku membungkuk untuk
melepaskan sepatu, kaos kaki dan ku
cuci kedua kakinya, aku tak mau ada
syaithan yang masuk ke dalam rumah
kami, setelah itu aku pun berdiri
langsung mencium tangannya tapi
apa reaksi nya.
Masya Allah ia tidak mencium
keningku, ia langsung naik keatas, ia
langsung mandi dan tidur,tanpa
bertanya kabarku. Aku hanya
berpikiran, mungkin dia capek. Aku
pun segera merapikan bawaan nya
sampai aku pun tertidur. Malam
menunjukkan ½ malam, mengingatkan
aku pada tempat mengadu yaitu Allah,
Sang Maha Pencipta. Biasa nya kami
selalu berjama’ah, tapi karena melihat
nya tidur sangat
pulas, aku tak tega membangun
kannya, aku helus mukanya, aku cium
kening nya, lalu aku sholat tahajud 8
rakaat plus witir 3 raka’at.
************************************************************************************
Aku mendengar suara mobinya, aku
terbangun lalu aku liat dia dari balkon
kamar kami dia bersiap – siap untuk
pergi, aku memanggil nya tapi ia tak
mendengar, lalu aku langsung ambil
jilbabku, aku lari dari atas ke bawah
tanpa memperdulikan darah yg
bercecer dari rahimku, aku
mengejarnya tapi ia begitu cepat
pergi, ada apa dengan suamiku.
Mengapa ia sangat aneh terhadapku ?
Aku tidak bisa diam begitu saja
firasatku ada sesuatu. Saat itu juga
aku langsung menelpon kerumah
mertuaku, kebetulan Dian yang angkat
telpon nya, aku bercerita dan aku
bertanya apa yang terjadi dengan
suamiku. Dengan enteng ia menjawab
“Loe pikir aja sendiri !!!” telpon pun
langsung diputus.
“Ada apa ini”? Tanya hatiku penuh
dalam kecemasan.
“Mengapa suamiku berubah setelah ia
pulang dari kota kelahirannya.
Mengapa ia tak mau berbicara
padaku, apalagi memanjakan ku”.
Semakin hari ia menjadi orang yang
pendiam, seakan ia telah melepas
tanggung jawabnya sebagai seorang
suami, kami berbicara seperlunya saja,
aku selalu di introgasinya, aku dari
mana dan mengapa pulang terlambat,
ia bertanya dengan nada yg keras,
suamiku telah berubah.
Bahkan yang membuat ku kaget, aku
pernah di tuduh nya berzina dengan
mantan pacarku. Ingin rasanya aku
menampar suamiku yang telah
menuduhku serendah itu, tapi aku
selalu ingat, sebagaimana pun
salahnya seorang suami, status suami
tetap di atas para istri, itu yang aku
pegang, aku
hanya berdo’a agar suamiku sadar
akan prilakunya.
************************************************************************************
2 Tahun berlalu, suamiku tak berubah
juga, aku menangis tiap malam, lelah
menanti seperti ini, kami seperti orang
asing yang baru saja kenal,
kemesraan yang kami ciptakan dulu
telah sirna, walaupun
kondisinya tetap seperti itu, aku tetap
merawatnya & menyiapi segala yang
ia perlukan. Penyakitku pun masih
aku simpan dengan baik dan ia tak
pernah bertanya obat apa yang aku
minum. Kebahagiaan ku telah sirna,
harapan menjadi ibu pun telah aku
pendam. Aku tak tahu kapan ini
semua akan berakhir.
Bersyukurlah, aku punya penghasilan
sendiri dari aktifitasku sebagai
seorang guru ngaji jadi aku tak perlu
repot – repot meminta uang pada nya
hanya untuk pengobatan kankerku.
Aku pun hanya berobat
semampuku.
Sungguh suami yang dulu aku puja,
aku banggakan sekarang telah
menjadi orang
asing, setiap aku tanya ia selalu
meyuruhku untuk berpikirsendiri. Tiba
– tiba saja malam itu, setelah makan
malam selesai, suamiku memanggilku.
“ya ada apa Yah !” sahutku dengan
memanggil nama
kesayangannya “Ayah”
“Lusa kita siap – siap ke Sabang ya !”
Jawabnya tegas
“Ada apa ?” Mengapa ?” sahutku
penuh dengan keheranan
Astaghfirullah, suami ku yang dulu
lembut menjadi kasar, dia
mebentakku, tak ada lagi diskusi
anatara kami.
Dia mengatakan ” Kau ikut saja jgn
byk tanya !!! ”
Aku pun lalu mengemasi barang –
barang yang akan dibawa ke Sabang
sambil menangis, sedih karena
suamiku yang tak ku kenal lagi.
2 Tahun pacaran, 5 tahun kami
menikah dan sudah 2 tahun pula ia
menjadi orang asing buat ku. Ku lihat
kamar kami yg dulu hangat penuh
cinta yang dihiasi foto pernikahan
kami sekarang menjadi dingin, sangat
dingin dari batu es. Aku menangis
dengan kebingungan ini. Ingin rasanya
aku berontak tapi aku tak bisa,
suamiku tak suka dengan wanita yang
kasar, ngomong dengan nada tinggi,
suka membanting barang – barang,
dia bilang perbuatan itu menunjukkan
ketidakhormatan kedapanya. Aku
hanya bisa
bersabar menantinya bicara dan sabar
mengobati penyakitku ini sendiri.
*************************************************************************************
Kami telah sampai di Sabang, aku
masih merasa lelah karena semalaman
aku tidak tidur, karena terus berpikir.
Keluarga besar nya telah berkumpul
disana, termasuk ibu & adik –
adiknya, aku tidak tahu
ada acara apa ini. Aku dan suamiku
pun masuk ke kamar kami. Suamiku
tak betah
didalam kamar tua itu, ia pun keluar
bergabung dengan keluarga besarnya.
Baru saja aku membongkar koper
kami dan ingin memasukkannya ke
dlm lemari tua yg berada di dekat
pintu kamar, lemari tua itu telah ada
sebelum suamiku lahir. Tiba – tiba
Tante Lia, tante yang sangat baik
pada ku memanggil ku untuk segera
berkumpul diruang tangah, aku pun
ke ruang keluarga yang berada di
tengah rumah besar itu, rumah zaman
peninggalan belanda tinggi langit –
langit nya lebih dari 4 meter. Aku
duduk disamping suamiku, suamiku
menunduk penuh dengan kebisuan,
aku tak berani bertanya pada nya, tiba
– tiba saja neneknya, orang yang
dianggap paling tua dan paling berhak
atas semuanya membuka
pembicaraan.
“Baiklah,karena kalian telah
berkumpul, nenek ingin bicara dengan
kau Fisha ! ” Nenek nya bicara sangat
tegas. Dengan sorot mata yang tajam.
” Ada apa ya Nek ?” sahutku dengan
penuh tanya.
Nenek pun menjawab ” Kau telah
gabung dengan keluarga kami
hampir 8 tahun, sampai saat ini kami
tak melihat tanda – tanda kehamilan
yang sempurna, sebab selama ini kau
selalu keguguran !!’
Aku menangis, untuk inikah aku
diundang kemari, untuk dihina atau
dipisahkan dengan suamiku.
“Sebenarnya kami sudah punya calon
untuk Fikri, dari dulu, sebelum kau
menikah dengannya, tapi Fikri anak
yang keras kepala, tak mau di atur,
dan akhirnya menikahlah ia dengan
kau.” Neneknya berbicara
sangat lantang, mungkin logat orang
Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan
melihat wajah suamiku yang kosong
matanya. “Dan aku dengar dari ibu
mertua mu kau pun sudah berkenalan
dengannya” Neneknya masih
melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkan suamikku hanya diam saja,
tapi aku lihat air matanya. Ingin aku
peluk suamiku agar ia kuat dengan
semua ini, tapi aku tak punya
keberanian. Nenek nya masih saja
berbicara panjang lebar dan yang
terakhir dari pembicaraannya ialah
dengan wajah yang sangat menantang
ia berkata
”kau maunya gimana ? kau di madu
atau diceraikan ?”
Masya Allah kuat kan hati ini, aku
ingin jatuh pingsan, hati ini seakan
remuk mendengar nya, hancur hati ku,
mengapa keluarganya bersikap seperti
ini terhadapku.
Aku selalu munutupi masalah ini dari
kedua orang tuaku yang tinggal di
pulau kayu tersebut, mereka mengira
aku sangat bahagia 2 tahun
belakangan ini.
“Fish, jawab !! ” Dengan tegas Ibunya
langsung memintaku untuk menjawab
Aku langsung memegang tangan
suamiku, dengan tangan yang dingin
dan gemetar aku menjawab dengan
tegas.
” Walaupun aku tidak bisa berdiskusi
dulu dengan imamku, tapi aku dapat
berdiskusi dengannya melalui
bathiniah, untuk kebaikan dan masa
depan keluarga ini, aku akan
menyambut baik seorang wanita baru
dirumah kami.” Itu yang aku jawab,
dengan kata lain aku rela cinta ku
dibagi.
Pada saat itu juga suami ku
memandangku dengan tetesan air
mata, tapi mata ku tak sedikit pun
menetes di hadapan mereka. Aku lalu
bertanya kepada suami ku, “Ayah
siapakah yang akan menjadi sahabat
ku dirumah kita nanti Yah ? ”
Suamiku menjawab ” Dia Desi ! ”
Aku pun langsung menarik napas dan
langsung berbicara ”Kapan
pernikahan nya berlangsung?” Apa
yang harus saya siapkan dalam
pernikahan ini Nek ?”
Ayah mertuaku menjawab
“Pernikahannya 2 minggu lagi.”
” Baiklah kalo begitu saya akan
menelpon pembantu di rumah, untuk
menyuruh nya mengurus KK kami ke
kelurahan besok” setelah berbicara
seperti itu aku permisi untuk pamit ke
kamar. Tak tahan lagi, air mata ini
akan turun, aku berjalan sangat cepat,
aku buka pintu kamar, aku langsung
duduk di tempat tidur. Ingin berteriak,
tapi aku sendiri disini. Tak kuat
rasanya menerima hal ini, cintaku
telah
dibagi, sakit. Diiringi akutnya
penyakitku. Apakah karena ini
suamiku menjadi orang yang asing
selama 2 tahun belakangan ini ?
Aku berjalan menuju ke meja rias, ku
buka jilbabku, aku bercermin sudah
tidak cantikkah aku ini, ku ambil
sisirku, aku menyisiri rambutku yang
setiap hari rontok, ku lihat wajahku,
ternyata aku memang sudah tidak
cantik lagi, rambutku sudah hampir
habis, kepalaku sudah botak dibagian
tengahnya.
Tiba – tiba pintu kamar ini terbuka,
ternyata suami ku datang, ia berdiri
dibelakangku, tak kuhapus air mata ini
aku langsung memandangnya dari
cermin meja rias itu. Kami diam
sejenak, lalu aku mulai pembicaraan
“terimah kasih ayah, kamu memberi
sahabat kepada ku, jadi aku tak perlu
sedih lagi
saat ditinggal pergi kamu nanti ! iya
kan ?”
Suami ku mengangguk sambil melihat
kepalaku tapi tak sedikitpun ia
tersenyum dan bertanya knp
rambutku rontok, dia hanya
mengatakan jangan salah memakai
shampo, dalam hati ku mengapa ia
sangat cuek ? ia sudah tak
memanjakan ku lagi.
Lalu dia bilang bilang “sudah malam,
kita istirahat yuk ” !
“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”
jawab ku tenang.
Dalam sholat, dalam tidur aku
menangis, ku hitung waktu, kapan
aku akan berbagi suami dengannya.
Aku pun ikut sibuk mengurusi
pernikahan suamiku. Aku tak tahu
kalo Desi orang Sabang juga.
Sudahlah ini mungkin takdirku. Aku
ingin suamiku kembali seperti dulu,
yang sangat memanjakan aku,
diamana rasa sayang dan cintanya itu.
Malam sebelum hari pernikahan
suamiku, aku menulis curahan hatiku
di laptopku.
Di laptop aku menulis saat – saat
terakhirku melihat suamiku, aku marah
pada suamiku yang telah
menelantarkanku. Aku menangis
melihat suamiku yang tidur pulas, apa
salahku sampai ia berlaku kejam
kepada ku. Aku save di my document
yang bertitle “Aku mencintaimu
Suamiku ”
Hari pernikahan telah tiba, aku telah
siap, tapi aku tak sanggup untuk
keluar, aku berdiri didekat jendela, aku
melihat matahari, mungkin aku takkan
bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri
sangat lama, lalu suamiku yang telah
siap dengan pakaian pengantinnya
masuk dan berbicara padaku.
“Apakah kamu sudah siap ?”
Kuhapus airmata yang menetes
diwajahku sambil berkata :
“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu,
ketika kamu membawa ia masuk ke
dalam rumah ini, cucilah kaki nya
sebagaimana kamu mencuci kaki ku
dulu, lalu ketika kalian masuk ke
dalam kamar pengantin bacakan do’a
di ubun – ubunya sebagaimana yang
kamu lakukan pada ku dulu lalu
setelah itu…..” tak sanggup aku ingin
meneruskan pembicaraan ini, aku
ingin menagis meledak.
Tiba – tiba suamiku menjawab “lalu
apa Bunda ?”
Aku kaget mendengar kata itu, yang
tadinya aku menunduk,aku langsung
menatapnya dengan mata yang
berbinar – binar.
“bisa kamu ulangi apa yang kamu
ucapkan barusan ?” pinta ku tuk
menyakini bahwa kuping ini tidak
salah mendengar.
Dia mengangguk dan berkata ” Baik
bunda akan ayah ulangi, lalu apa
bunda ?” sambil ia menghelus wajah
dan menghapus airmataku, dia agak
sidikit membungkuk karena dia sangat
tinggi, aku hanya sedada nya saja.
Dia tersenyum, sambil berkata ” Kita
liat saja nanti ya !” dia memelukku dan
berkata, “bunda adalah wanita yang
paling kuat yang ayah temui selain
mama” lalu ia mencium keningku, aku
langsung memeluk nya erat dan
berkata ”Ayah, apakah ini akan segera
berakhir ? Ayah kemana saja ?
Mengapa ayah berubah ? Aku kangen
sama ayah ? Aku kangen belaian
kasih sayang ayah? Aku kangen
dengan manjanya ayah ? Aku
kesepian ayah ? Dan satu hal
lagi yang harus ayah tau bahwa aku
tidak pernah berzinah ! Dulu waktu
awal kita pacaran,aku
memang belum bisa melupakannya,
setelah 4 bulan bersama ayah baru
bisa aku terima, jika yang
dihadapanku itu adalah lelaki yang
aku cari.” Bukan bearti aku pernah
berzina ayah. Aku langsung bersujud
di kakinya dan muncium kaki imamku
sambil berkata “Aku minta maaf ayah
telah membuatmu susah” Saat itu
juga, diangkatnya badanku,ia hanya
menangis. Ia memelukku sangat lama,
2 tahun aku menanti dirinya kembali.
Tiba – tiba perutku sakit, ia menyadari
bahwa ada yang tidak beres dengan
ku, dan ia bertanya ” bunda baik –
baik saja kan” tanya nya dengan
penuh khawatir.
“aku pun menjawab, bisa memeluk
dan melihat kamu kembali seperti dulu
itu sudah mebuatku baik Yah” aku tak
bisa bicara sekarang.
Karena dia akan menikah. Aku tak
mau buat dia khawatir. Dia harus
khusyu menjalani acara prosesi akad
nikah tersebut.
*************************************************************************************
Setelah tiba dimasjid, ijab qabul pun
dimulai. Aku duduk di sebrang
suamiku. Aku melihat suamiku duduk
berdampingan dengan perempuan itu
membuat hati ini cemburu, ingin
berteriak mengatakn “Ayah Jangan”
tapi aku ingat akan kondisi ku.
Jantung ini berdebar kencang, ketika
mendengar ijab qabul tersebut. Begitu
ijab qabul selesai, aku menarik napas
panjang, Tante Lia, tante yang baik
itu, memelukku. Dalam hati aku
berusaha untuk menguatkan hati ini,
ya “aku kuat”. Tak sanggup aku
melihat mereka duduk bersanding di
pelaminan. Orang – orang yang hadir
di acara resepsi itu iba melihatku,
mereka melihatku sangat aneh,
wajahku yang selalu tersenyum tapi
hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku langsung
masuk ke dalam rumah begitu saja,
tak mencuci kaki nya. Aku sangat
heran dengan prilaku nya. Apa iya, dia
tidak suka dengan pernikahan ini ?
Sementara itu Desi sambut hangat di
dalam keluarga suamiku,tak seperti
aku yang di musuhinya. Malam ini aku
tak bisa tidur, bagaimana bisa !!
Suamiku akan tidur dengan
perempuan yang sangat aku
cemburui. Aku tak tau apa yang
mereka lakukan didalam.
½ malam, pada saat aku ingin sholat
lail aku keluar untuk berwudhu, aku
melihat ada lelaki yang mirip suamiku
tidur disofa ruang tengah, ku dekati
lalu ku lihat. Masya Allah, suamiku tak
tidur dengannya,ia tidur disofa, aku
duduk disofa itu sambil menghelus
mukanya yang lelah, tiba – tiba ia
memegang tangan kiriku, tentu saja
aku kaget.
“kamu datang ke sini, aku pun tau ”
ia langsung berkata seperti itu, aku
tersenyum dan megajaknya sholat lail.
Setelah sholat lail, ia mengatakan
“maafkan aku, aku tak boleh
menyakitimu, kamu menderita
karena ego nya aku. Besok kita
pulang ke Jakarta, biar Desi pulang
dengan mama,papa Dan juga adik –
adikku”
Aku menatapnya dengan penuh
keheranan. Tapi ia langsung
mengajakku untuk istirahat. Saat tidur
ia memelukku sangat erat. Aku
tersenyum saja, sudah lama ini tidak
terjadi. Ya Allah, apakah Engkau akan
menyuruh malaikat maut untuk
mengambil nyawaku sekarang ini, aku
telah meresakan kehadirannya saat
ini. Tapi masih bisakah engaku ijinkan
aku untuk mersakan kehangatan dari
suamiku yang telah hilang selama 2
tahun ini.
Suamiku berbisik, “Bunda kok
kurus ?” Aku menangis dalam
kebisuan. Pelukannya masih bisa aku
rasakan.
Aku pun berkata “Ayah kenapa tidak
tidur dengan Desi ?”
” Aku kangen sama kamu Bunda ”
Aku tak mau menyakitimu lagi, kamu
sudah terluka oleh sikapku yang
egois” Dengan lembut suamiku
menjawab seperti itu.
Lalu suamiku berkata, ” Bun, ayah
minta maaf telah menelantarkan
bunda. Selama ayah di Sabang, ayah
dengar kalo bunda tidak tulus
mencintai ayah, bunda seperti
mengejar sesuatu, seperti harta ayah,
dan satu lagi ayah pernah melihat
sms bunda dengan mantan pacar
bunda dimana isinya klo bunda
Tidak msu berbuat seperti itu, dan
seperti itu di beri tandakutip ( “seperti
itu” ), ayah ingin ngomong tapi takut
bunda tersinggung, dan ayah berpikir
klo bunda pernah tidur dengannya
sebelum bunda bertemu ayah, terus
ayah dimarahi oleh keluar ayah karena
ayah terlalu memanjakan bunda ”
Hati ini sakit ketika difitnah oleh
suamiku, ketika tidak ada kepercayaan
didirinya, hanya karena omongan
keluarganya, yang tidak pernah
melihat betapa tulusnya aku mencintai
pasangan seumur hidupku ini.
Aku hanya menjawab “Aku sudah
ceritakan itu kan Yah, aku tidak
pernah berzinah, dan aku
mencintaimu setulus hatiku, jika aku
hanya mengejar hartamu, mengapa
kamu, banyak lelaki yang lebih mapan
darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya
mengejar hartamu, aku tak mungkin
setiap hari menangis karena menderita
mencintaimu”.
Entah aku harus bahagia atau aku
harus sedih karena sahabatku
sendirian di kamar pengantin itu.
Malam itu, aku menyelesaikan
masalahku dengan suamiku dan
berusaha memaafkannya beserta
sikap keluaraganya juga. Karna aku
tak mau mati dalam hati yang penuh
denagn rasa benci.
*************************************************************************************
Keesokan harinya. Katika aku ingin
bangun untuk mengambil wudhu,
kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.
Aku pendarahan, suamiku kaget.
Suamiku kaget bukan main, ia
langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit,
Jauh sekali aku mendengar suara zikir
suamiku. Aku merasakan tanganku
basah. Ketika kubuka mata ini, kulihat
wajah suamiku penuh dengan rasa
kekhawatiran.
Ia menggenggam tanganku dengan
erat.. Dan mengatakan ”Bunda,,Ayah
minta,,,,!!”
Berapa kali ia mengucapkan hal itu.
Dalam hati ku, apa ia tahu apa yang
terjadi padaku?.
Aku berkata dengan suara yang lirih ”
Yah….Bunda ingin pulang,,bunda
ingin bertemu kedua orang tua bunda,
anterin bunda kesana ya Yah….”
“Ayah jangan berubah lagi ya !!! Janji
ya Yah… !!! Bunda sayang banget
sama Ayah ”
Tiba – tiba saja kakiku sakit sangat
sakit, sakit nya semakin keatas,
kakiku sudah tak bisa bergerak lagi,
aku tak kuat lagi memegang tangan
suamiku, kulihat wajahnya yang
tampan, linangan air matanya.
Sebelum mata ini tertutup ku lafazkan
kalimat syahadat dan ditutup dengan
kalimat tahlil.
*************************************************************************************
Aku bahagia melihat suamiku punya
pengganti diriku. Aku bahagia selalu
melayaninya dalam suka dan duka.
Menemaninya dalam ketika ia
mengalami kesulitan dari kami pacaran
samapai kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia
adalah nafas ku.
Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku
telah hadir didalam kehidupan anakmu
sampai aku hidup didalam hati
anakmu, ketahuilah Ma, dari dulu aku
selalu berdo’a agar Mama merestui
hubungan kami. Mengapa engkau
fitnah diriku didepan suamiku, apa
engkau punya bukti nya Ma. Mengapa
engkau sangat cemburu padaku Ma ?
Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah
menyuruhnya untuk durhaka
kepadamu, dari dulu aku selalu
mengerti apa yang kamu inginkan dari
anakmu, tapi mengapa kau benci
diriku. Dengan Desi kau sangat baik
tetapi dengan ku, menantumu kau
bersikap sebaliknya.
****************************************************************************************************************************************************************
Setelah ku buka laptop,ku baca
curhatan istriku
Ayah,,mengapa keluargamu sangat
membenciku Aku dihina oleh mereka
ayah. Mengapa mereka bisa baik
terhadapku pada saat ada dirimu ?
Pernah suatu ketika, aku bertemu
Dian di jalan, aku menegornya karena
dia adik iparku tapi aku disambut
denagn wajah ketidak sukaannya.
Sangat terlihat Ayah.
Tapi ketika engaku bersamaku, Dian
sangat baik, sangat manis dan ia
memanggilku dengan panggilan yang
sangat menghormatiku. Mengapa
seperti itu ayah.
Aku tak bisa berbicara ttg ini padamu,
karena aku tahu kamu pasti membela
adikmu, tak ada gunanya Yah.
Aku diusir dari rumah sakit. Aku tak
boleh merawat suamiku. Aku cemburu
pada Desi yang sangat akrabdengan
mertuaku. Tiap hari ia datang ke
rumah sakit bersama mertuaku Aku
sangat marah.
Jika aku membicarakn hal ini pada
suamiku, ia akan pastimembela Desi
dan ibunya.
Aku tak mau sakit hati lagi.
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku.
Engkau Maha Adil. Berilah keadilan ini
padaku Ya Allah
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak
sayang lagi pada ku. Aku berusaha
untuk mandiri ayah, aku tak akan
bermanja – manja lagi padamu.
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini.
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun
penyakit kanker ini terus
menyerangku. Aku bisa melakukan ini
semua sendiri ayah.
Besok suamiku akan menikah dengan
perempuan itu
Perempuan yang aku benci, yang aku
cemburui. Tapi aku tak boleh egois,
ini untuk kebahagian keluarga
suamiku. Aku harus sadar diri
Ayah,,sebenarnya aku tak mau
diduakan olehmu
Mengapa harus Desi yang menjadi
sahabatku ?
Ayah aku masih tak rela. Tapi aku
harus ikhlas menerimanya Pagi nanti
suamiku melangsungkan pernikahan
keduanya Semoga saja aku masih
punya waktu untuk melihatnya
tersenyum untukku. Aku ingin sekali
merasakan kasih sayangnya yang
terakhir. Sebelum ajal ini menjemputku
Ayah.
Aku kangen ayah
*************************************************************************************
Dan kini aku telah membawamu ke
orang tuamu Bun. Aku akan
mengunjungimu sebulan sekali
bersama Desi ke Pulau kayu ini. Aku
akan selalu membawakanmu bunga
mawar yang berwana pink yang
mencerminkan keceriaan hatimu yang
sakit tertusuk duri.
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum
disaat tidur.
Bunda akan selalu hidup dihati ayah.
Bunda, Desi tak sepertimu, yang tidak
pernah marah.
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak
pernah membersihkan
telingaku, rambutku tak pernah di
creambathnya, kakiku pun tak pernah
dicucinya.
Ayah menyesal telah
menelantarkanmu selama 2 tahun,
kamu sakit pun aku tak perduli, dalam
kesendirianmu.
Seandainya Ayah tak menelantarkan
Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur
dengan belaian tangan Bunda yang
halus.
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah
sangat membutuhkan bunda.
Bunda, kamu wanita yang paling
tegar yang pernah kutemui.
Aku menyesal telah asik dalam
keegoanku.
Bunda maafkan aku. Bunda tidur
tetap manis. Senyum manjamu terlihat
ditidurmu yang panjang.
Maafkan aku , tak bisa bersikap adil
dan membahagiakan mu, aku selalu
meng”iya”kan apa kata ibuku, karena
aku takut menjadi anak durhaka.
Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh
keluargaku, aku percaya begitu saja.
Apakah Bunda akan mendapat
pengganti ayah di surga sana ?
Apakah Bunda tetap menanti ayah
disana ? Tetap setia di alam sana ?
Tunggulah Ayah disana Bunda……
Bisakan ? Seperti Bunda menunggu
ayah di sini…… Aku mohon…..
Ayah Sayang Bunda…
Semoga cerita ini bisa menjadi
pelajaran untuk kita semua yg
membacanya,,,,

0 komentar:

Post a Comment