Tak lengkap rasanya kalau mendaki ke Gunung Kerinci jika tidak sekalian berkunjung ke Danau Gunung Tujuh. Jaraknya pun tidak jauh lagi, hanya setengah jam dari Desa Kersik Tuo (pos pendakian
Gunung Kerinci) ke Desa Palompek, Kayu Aro, Kab. Kerinci. Dan tak perlu
takut rugi, danau vulkanik ini bakal menawarkan keindahan alam yang
tidak mudah untuk di lupakan. Kesan inilah yang saya dapat bersama tiga
kawan saat usai mendaki Gunung Kerinci dan memutuskan untuk bertandang ke Danau GunungTujuh beberapa waktu yang lalu.
Kami mulai berkemas-kemas untuk mendaki ke Danau Gunung Tujuh kala hari sudah begitu sore. Di pos pintu masuk, Desa Palompek, kami
menjumpai petugas untuk membayar retribusi Rp 5.000/orang. Dan tidak
lupa juga kami menitipkan dua sepeda motor di sebuah rumah tidak jauh
dari pos.
Untuk mendapatkan
informasi terkini mengenai jalur dan keadaan danau kami berbincang
sesaat dengan petugas yang ramah itu. Berhubung hari yang mulai
menggelap kami ingin memastikan apakah jalur yang ada tampak jelas untuk
dilalui atau tidak. Dan sang petugas meyakinkan kami bahwa jalur sudah
jelas dan cukup aman di lalui di malam hari. “Hanya saja, di sebuah
persimpangan di awal pendakian perlu di perhatikan agar tidak salah
arah” kata sang petugas mengingatkan . Agar tidak terlalu malam untuk
sampai di tempat tujuan, kami pun segera berpamit. Perjalanan ini di
perkirakan memakan waktu 2 - 3 jam lamanya.
Jalur yang Menanjak
Seperti yang dikatakan
petugas tentang simpang yang dapat membuat salah arah, kami disini
sempat berputar. Namun tak lama kami menjumpai jalan yang cukup jelas
dan kemudian menanjak masuk ke arah hutan. Setelah menemukan tanda panah
yang menunjuk arah danau, kami pun jadi lega.
Tidak jauh berbeda dengan di Gunung Kerinci, keadaan jalur disini juga
cukup menanjak. Pepohonan besar dan rapat merindang hampir di sepanjang
jalur. Namun begitu, kita tidak bakal menjumpai keadaan medan berpasir
dan berbatu vulkanik seperti di puncak Kerinci. Karena Danau yang
tingginya 1.950 meter dari permukaan laut (mdpl) ini tidak memiliki
kawah yang masih aktif.
Didalam perjalanan
ini, kadang kala kami berjalan diantara akar pepohonan yang menjulur.
Sesekali terjungkal karena jalur yang agak licin. Kalau sudah seperti
ini, kami malah saling mentertawakan diri untuk sekedar hiburan.
Tidak terasa, waktu
sudah menunjukan pukul 20.10 Wib. Walau udara terasa dingin tapi karena
jalur yang agak berat ini, keringat pun tetap bercucuran. Saya, Ibid dan
dejo malah kegerahan hingga membuka jaket dan memasukannya dalam carrier (tas ransel besar). Kami lalu memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari makan biskuit.
Berjumpa Kodok Gunung
Sekitar setengah jam beristirahat, perjalanan pun di lanjutkan lagi. Dengan bermodalkan beberapa senter kecil dan sebuah headlamp
kami pelan-pelan berjalan. Belum lagi lama, tiba-tiba seekor kodok
besar kurang lebih seukuran telapak tangan orang dewasa melompat di
tengah jalur. Ada rasa terkejut karena tidak biasa melihat kodok sebesar
itu. Mencoba menghampiri pelan-pelan, saya berusaha memotretnya
ternyata tidak mudah. Kodak itu dengan lincah langsung melompat di
antara rimbunan semak. Tadinya saya berpikir mungkin tidak akan saya
jumpai kodok jenis itu lagi. Tapi belum jauh melangkah, saya dan lainnya
kembali menjumpai kodok dengan jenis dan ukuran yang sama. Tidak hanya
satu tapi ada beberapa yang berbarengan melompat ke arah kami.
Tanpa sadar, perjalan
kami sudah sampai puncak punggungan. Pepohonan pun sudah terlihat
berdiri tegak diantara tanah yang datar. Kembali kami rehat sejenak
untuk sekedar menarik napas. Saya mencoba memandang sekeliling yang
temaram di siram sinar bulan. Dari depan saya melihat sapuan warna putih
disela-sela daun dan batang pohon. Dugaan saya, itulah Danau Gunung
Tujuh. Maka tak ragu lagi ketika jalur mulai turun dan berbelok ke arah
kiri. Dengan penuh semangat kami pun langsung bergerak. Tidak lama
kemudian sudah tersaji pemandangan Danau Gunung Tujuh yang meremang di
kelilingi bayangan beberapa gunung.
Rupanya beberapa
kelompok pendaki sudah bertenda di tepi danau. Bahkan di antaranya,
sempat berjumpa di pendakian Gunung Kerinci. Sejenak beramah tamah
dengan para kelompok ini, kami kemudian segera membangun tenda. Saya
menghitung paling tidak ada lima tenda berdiri di areal ini. Walau tidak
luas namun cukup nyaman untuk memandang luasnya danau. Sebetulnya
saya ingin sekali menikmati malam ini untuk sekedar duduk di tepi danau
dan bercerita. Namun karena badan terasa letih dan cuaca juga agak
mendung, saya pun memutuskan untuk segera beristirahat. Dan begitu pula
dengan ketiga kawan-kawan.
Pagi di Danau Gunung Tujuh
Sekitar pukul 06.00
Wib, saya mendengar Dejo memanggil-manggil. Mata yang masih berat ini
mencoba untuk di buka. Saat kepala terjulur keluar dari pintu tenda
sekejap saja otak menjadi segar. Danau dengan lebar 3,5 kilometer dan
panjang 4,5 kilometer ini terhampar di depan mata, begitu jelas dan begitu indah.
Perlahan saya keluar
tenda melihat langit pagi yang tersapu warna merah. Beberapa awan putih
dan kelabu menggantung di sana. Hari memang sedang tidak
cerah. Namun begitu, tidak mengurangi keindahan danau ini. Bahkan saya
serasa terhipnotis di depan tenda. Angin danau yang dingin menyegarkan
itu seperti panggilan surga yang menenangkan. Hingga saya berharap untuk bisa lebih lama menikmati moment pagi yang indah ini.
Sesaat tersadar,
tangan lalu meraih kamera yang saya letakkan di salah satu sudut tenda.
Kemudian berjalan mendekati tepi danau sembari mengabadikan
moment-moment alam yang indah ini. Setelah beberapa kali jepretan, saya
kemudian menunduk sembari menyendok air danau dengan tangan dan
merasakan betapa segarnya air Danau Gunung Tujuh ini.
Saya kemudian
kembali ke tenda. Ibid dan Sardi ternyata sudah selesai memasak. Kami
lalu sarapan bersama sembari menikmati pagi yang mulai cerah di pinggir
danau. Dejo yang sudah berniat untuk berenang langsung saja bersiap-siap
usai sarapan. Sementara saya mencoba mengeksplorasi pinggiran danau
sembari melakukan pendokumentasian.
Dari beberapa
literatur, saya jadi tahu bahwa Danau Gunung Tujuh ini terbentuk akibat
aktifitas vulkanik di masa lampau. Sedangkan tujuh gunung yang
mengelilinginya itu terdiri dari, Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl), dan Gunung Tujuh itu sendiri (2.735 mdpl).
Tanpa terasa hampir
dua jam menikmati keindahan alam Danau Gunung Tujuh ini. Dari tempat
kami bertenda sebuah air terjun mengalir jatuh. Saya tidak bisa melihat
dasarnya yang dalam dan bersemak. Sementara itu untuk jalan keliling
danau saya belum melihat akses yang mudah untuk dilalui kecuali dengan
sebuah sampan kayu milik warga yang bermukim di pinggir danau.
Disini, saya melihat
masih banyak pohon-pohon besar berdiri di pinggir danau. Burung-burung
pun banyak di jumpai. Bahkan suara-suara primata begitu jelas terdengar
saling bersahutan. Harapan saya semoga hutannya tetap lestari. Karena
danau dan hutan yang ada ini bukan saja indah tapi juga sangat berarti
bagi kehidupan di sekitarnya, terutama manusia itu sendiri.
0 komentar:
Post a Comment