Wednesday, September 2, 2015

Siapa yang bisa nahan air mata (silakan baca)

Empat tahun yang lalu, kecelakaan
telah merenggut orang yang kukasihi,
sering aku bertanya-tanya,
bagaimana keadaan istriku sekarang
di alam surgawi, baik-baik sajakah?
Dia pasti sangat sedih karena sudah
meninggalkan sorang suami yang
tidak mampu mengurus rumah dan
seorang anak yang masih begitu
kecil.
Sponsored
TokoEdukasi.com,
Pelopor E-
Commerce Alat
Edukasi ...
Begitulah yang kurasakan, karena
selama ini aku merasa bahwa aku
telah gagal, tidak bisa memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani
anakku, dan gagal untuk menjadi
ayah dan ibu untuk anakku.
Pada suatu hari, ada urusan penting
di tempat kerja, aku harus segera
berangkat ke kantor, anakku masih
tertidur. Ohhh aku harus
menyediakan makan untuknya.
Karena masih ada sisa nasi, jadi aku
menggoreng telur untuk dia makan.
Setelah memberitahu anakku yang
masih mengantuk, kemudian aku
bergegas berangkat ke tempat kerja.
Peran ganda yang kujalani, membuat
energiku benar-benar terkuras. Suatu
hari ketika aku pulang kerja aku
merasa sangat lelah, setelah bekerja
sepanjang hari. Hanya sekilas aku
memeluk dan mencium anakku, aku
langsung masuk ke kamar tidur, dan
melewatkan makan malam.
Namun, ketika aku merebahkan
badan ke tempat tidur dengan
maksud untuk tidur sejenak
menghilangkan kepenatan, tiba-tiba
aku merasa ada sesuatu yang pecah
dan tumpah seperti cairan hangat!
Aku membuka selimut danâ?¦.. di
sanalah sumber "masalah"nya â?¦
sebuah mangkuk yang pecah dengan
mie instan yang berantakan di seprai
dan selimut!
Ohâ?¦Tuhan! Aku begitu marah, aku
mengambil gantungan pakaian, dan
langsung menghujani anakku yang
sedang gembira bermain dengan
mainannya, dengan pukulan-pukulan!
Dia hanya menangis, sedikitpun tidak
meminta belas kasihan, dia hanya
memberi penjelasan singkat:
"Ayah, tadi aku merasa lapar dan
tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah
belum pulang, jadi aku ingin
memasak mie instan. Aku ingat, ayah
pernah mengatakan untuk tidak
menyentuh atau menggunakan
kompor gas tanpa ada orang dewasa
di sekitar, maka aku menyalakan
mesin air minum ini dan
menggunakan air panas untuk
memasak mie. Satu untuk ayah dan
yang satu lagi untuk saya . Karena
aku takut mie"nya akan menjadi
dingin, jadi aku menyimpannya di
bawah selimut supaya tetap hangat
sampai ayah pulang. Tapi aku lupa
untuk mengingatkan ayah karena aku
sedang bermain dengan mainanku,
aku minta maaf,ayah â?¦ "
Seketika, air mata mulai mengalir di
pipiku, tetapi, aku tidak ingin anakku
melihat ayahnya menangis maka aku
berlari ke kamar mandi dan menangis
dengan menyalakan shower di kamar
mandi untuk menutupi suara
tangisku. Setelah beberapa lama,
aku hampiri anakku, kupeluknya
dengan erat dan memberikan obat
kepadanya atas luka bekas pukulan
dipantatnya, lalu aku membujuknya
untuk tidur. Kemudian aku
membersihkan kotoran tumpahan mie
di tempat tidur.
Ketika semuanya sudah selesai dan
lewat tengah malam, aku melewati
kamar anakku, dan melihat anakku
masih menangis, bukan karena rasa
sakit di pantatnya, tapi karena dia
sedang melihat foto ibu yang
dikasihinya.
Satu tahun berlalu sejak kejadian itu,
aku mencoba, dalam periode ini,
untuk memusatkan perhatian dengan
memberinya kasih sayang seorang
ayah dan juga kasih sayang seorang
ibu, serta memperhatikan semua
kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku
sudah berumur tujuh tahun, dan akan
lulus dari Taman Kanak-kanak.
Untungnya, insiden yang terjadi tidak
meninggalkan kenangan buruk di
masa kecilnya dan dia sudah tumbuh
dewasa dengan bahagia.
Namun, belum lama, aku sudah
memukul anakku lagi, saya benar-
benar menyesal. Guru Taman Kanak-
kanaknya memanggilku dan
memberitahukan bahwa anak saya
absen dari sekolah. Aku pulang
kerumah lebih awal dari kantor, aku
berharap dia bisa menjelaskan. Tapi
ia tidak ada dirumah, aku pergi
mencari di sekitar rumah kami,
memangil-manggil namanya dan
akhirnya menemukan dirinya di
sebuah toko alat tulis, sedang
bermain komputer game dengan
gembira. Aku marah, membawanya
pulang dan menghujaninya dengan
pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu
mengatakan, "Aku minta maaf,
ayah".
Selang beberapa lama aku selidiki,
ternyata ia absen dari acara
"pertunjukan bakat" yang diadakan
oleh sekolah, karena yg diundang
adalah siswa dengan ibunya. Dan
itulah alasan ketidakhadirannya
karena ia tidak punya ibu.
Beberapa hari setelah penghukuman
dengan pukulan rotan, anakku
pulang ke rumah memberitahuku,
bahwa disekolahnya mulai diajarkan
cara membaca dan menulis. Sejak
saat itu, anakku lebih banyak
mengurung diri di kamarnya untuk
berlatih menulis,aku yakin , jika
istriku masih ada dan melihatnya ia
akan merasa bangga, tentu saja dia
membuat saya bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat,
satu tahun telah lewat. Tapi astaga,
anakku membuat masalah lagi.
Ketika aku sedang menyelasaikan
pekerjaan di hari-hari terakhir kerja,
tiba-tiba kantor pos menelpon.
Karena pengiriman surat sedang
mengalami puncaknya, tukang pos
juga sedang sibuk-sibuknya, suasana
hati mereka pun jadi kurang bagus.
Mereka menelponku dengan marah-
marah, untuk memberitahu bahwa
anakku telah mengirim beberapa
surat tanpa alamat. Walaupun aku
sudah berjanji untuk tidak pernah
memukul anakku lagi, tetapi aku
tidak bisa menahan diri untuk tidak
memukulnya lagi, karena aku merasa
bahwa anak ini sudah benar-benar
keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti
sebelumnya, dia meminta maaf :
"Maaf, ayah". Tidak ada tambahan
satu kata pun untuk menjelaskan
alasannya melakukan itu.
Setelah itu saya pergi ke kantor pos
untuk mengambil surat-surat tanpa
alamat tersebut lalu pulang.
Sesampai di rumah, dengan marah
aku mendorong anakku ke sudut
mempertanyakan kepadanya,
perbuatan konyol apalagi ini? Apa
yang ada dikepalanya? Jawabannya,
di tengah isak-tangisnya, adalah :
"Surat-surat itu untuk ibuâ?¦..".
Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. â?¦.
tapi aku mencoba mengendalikan
emosi dan terus bertanya kepadanya:
"Tapi kenapa kamu memposkan
begitu banyak surat-surat, pada
waktu yg sama?" Jawaban anakku
itu : "Aku telah menulis surat buat
ibu untuk waktu yang lama, tapi
setiap kali aku mau menjangkau
kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku,
sehingga aku tidak dapat
memposkan surat-suratku. Tapi
baru-baru ini, ketika aku kembali ke
kotak pos, aku bisa mencapai kotak
itu dan aku mengirimkannya
sekaligus". Setelah mendengar
penjelasannya ini, aku kehilangan
kata-kata, aku bingung, tidak tahu
apa yang harus aku lakukan, dan apa
yang harus aku katakan.
Aku bilang pada anakku, "Nak, ibu
sudah berada di surga, jadi untuk
selanjutnya, jika kamu hendak
menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup
dengan membakar surat tersebut
maka surat akan sampai kepada
mommy. Setelah mendengar hal ini,
anakku jadi lebih tenang, dan segera
setelah itu, ia bisa tidur dengan
nyenyak. Aku berjanji akan
membakar surat-surat atas namanya,
jadi saya membawa surat-surat
tersebut ke luar, tapiâ?¦. aku jadi
penasaran untuk tidak membuka
surat tersebut sebelum mereka
berubah menjadi abu.
Dan salah satu dari isi surat-suratnya
membuat hati saya hancur "ibu
sayang", Aku sangat merindukanmu!
Hari ini, ada sebuah acara
"Pertunjukan Bakat" di sekolah, dan
mengundang semua ibu untuk hadir
di pertunjukan tersebut. Tapi kamu
tidak ada, jadi aku tidak ingin
menghadirinya juga. Aku tidak
memberitahu ayah tentang hal ini
karena aku takut ayah akan mulai
menangis dan merindukanmu lagi.
Saat itu untuk menyembunyikan
kesedihan, aku duduk di depan
komputer dan mulai bermain game di
salah satu toko. Ayah keliling-keliling
mencariku, setelah menemukanku
ayah marah, dan aku hanya bisa
diam, ayah memukul aku, tetapi aku
tidak menceritakan alasan yang
sebenarnya.
Ibu, setiap hari aku melihat ayah
merindukanmu, setiap kali dia
teringat padamu, ia begitu sedih dan
sering bersembunyi dan menangis di
kamarnya. Aku pikir kita berdua
amat sangat merindukanmu. Terlalu
berat untuk kita berdua. Tapi bu, aku
mulai melupakan wajahmu. Bisakah
ibu muncul dalam mimpiku sehingga
aku dapat melihat wajahmu dan ingat
kamu? Temanku bilang jika kau
tertidur dengan foto orang yang
kamu rindukan, maka kamu akan
melihat orang tersebut dalam
mimpimu. Tapi ibu, mengapa engkau
tak pernah muncul ?
Setelah membaca surat itu, tangisku
tidak bisa berhenti karena aku tidak
pernah bisa menggantikan
kesenjangan yang tak dapat
digantikan semenjak ditinggalkan
oleh istriku
Note : Untuk para suami dan laki-
laki, yang telah dianugerahi seorang
istri/pasangan yang baik, yang penuh
kasih terhadap anak-anakmu selalu
berterima-kasihlah setiap hari pada
istrimu. Dia telah rela menghabiskan
sisa umurnya untuk menemani
hidupmu, membantumu,
mendukungmu, memanjakanmu dan
selalu setia menunggumu, menjaga
dan menyayangi dirimu dan anak-
anakmu.
Hargailah keberadaannya, kasihilah
dan cintailah dia sepanjang hidupmu
dengan segala kekurangan dan
kelebihannya, karena apabila engkau
telah kehilangan dia, tidak ada emas
permata, intan berlian yang bisa
menggantikannya

0 komentar:

Post a Comment